3 (Tiga) Tahun Berkisah

Tidak perlu aku jelaskan hari ini adalah tepatnya 3 (Tiga) Tahun Berkisah tentang apa. Meminjam lagunya Banda Neira, yang patah tumbuh, yang hilang berganti. Ya betul, yang patah akan tumbuh dan aku telah kembali utuh. Ya betul yang hilang akan berganti, dan kamu telah terganti.

Terima kasih kepada pembaca wordpress ini, kurang lebih 3 (Tiga) tahun lamanya saya berkicau suka ria sendu duka di sini.

Terima kasih kepada sosok yang kutunggu sebelum lewat tengah malam dalam Selasa Kosong, orang yang kuberi hati-hati karena aku selayaknya candu dalam Pecandu.

10 Desember 3 (Tiga) tahun lalu, bahagiaku sesederhana itu, hanya selamat tidur darimu, tapi kini 10-Desember-2016-ku berbeda, yang lebur akan terobati. Sungguh tanggal ini sangat berarti. Terima kasih masa lalu dan masa depan.

Untuk pertama kalinya kau nyatakan cinta dalam Satu Jam Pertama di Awal 14 Desember, semua memang telah berlalu, selamat tinggal masa lalu.

Terima kasih pada sosok yang pernah iri padanya dalam Kediamanmu Akan Mati, semoga kau selalu berbahagia dengannya.

Belum genap setahun aku harus Mencandu Luka hinga Sama-sama  Cerita Ini (Mungkin) harus berakhir pada Tiga Nama dan kamu memlilih Berhenti padahal Air Mata Belum Selesai Juga Untuk 1 Kisah Yang Sama yang disadari dengan he’s Not deserve for you sampai akhirnya tiba pada Seperti Perkataannya, Cukup dalam 3 (Tiga) Tahun Berkisah.

Sungguh, wordpress ini tidak akan pernah berarti tanpa sosoknya yang pernah memberi cinta, seperti swlcandemiiem.tumbr.com, aku hanya bisa menerka-nerka tanpa pernah benar-benar merasa. Kepadanya pula lah hati ini pernah terjatuh dan kembali utuh. 3 (Tiga) Tahun Berkisah bukanlah waktu yang singkat, cepat, tidak pula waktu yang panjang dan lama. 3 (Tiga) Tahun ya 3 (Tiga) Tahun. Hehe.

3 (Tiga) Tahun Berkisah tentunya banyak sekali hal yang terjadi, suka duka gembara patah hati capek jenuh kok ga kelar-kelar masih aja dibawa-bawa hari gini, dan segala hal lainnya yang kadang membahagiakan meski berakhir duka.

Kutandai kenangan 3 (Tiga) tahun-ku di sini, di wordpress ini.

Terima kasih dan sampai jumpa di link blog berikutnya dengan kisah yang baru (semoga sampai jadi debu). Selamat tinggal kenangan.

Christmas today.

Indonesia, 04.31 (subuh).

 

Seperti Perkataanya, Cukup

Tiga minggu berlalu ternyata kita tak cukup mampu untuk melawan rindu.

Sebentar, sudah tidak ada lagi kita maksudku, yang ada hanya kamu dengan kekasihmu, aku dengan kesendirianku.

Entah rasa apa yang masih terus mengganggumu, dan rasa apa pula yang masih terus hinggap di diriku.

Masih kamu bilang bahwa aku satu-satunya yang bisa membuatmu tertawa lepas tanpa beban di kepalamu.

Masih kamu bilang bahwa rindu untukku sedang hinggap di dirimu.

Masih kamu bisa-bisanya bilang sayang padaku, sementara kekasihmu bagaimana?

Masih kamu mampu menyentuhku dengan bibirmu, sementara kekasihmu menyandarkan tubuhnya di pundakmu.

Masih kamu marah dan pergi untuk kesekian kali, tapi tak pernah mampu untuk benar-benar mengakhiri.

Seperti perkataanmu dulu, aku juga ingin Cukup.

Cukuplah aku yang merasa tetap dicintaimu sementara kakimu mampu berjalan jauh bersamanya.

Cukuplah aku yang harus tetap tersenyum sementara luka baru harus kusambut melihatmu berpelukan dengannya.

Cukuplah aku yang kau minta untuk tetap menunggu tapi kau memilih pergi pada akhirnya.

Cukuplah aku yang sudah kau bilang cukup, tapi tak pernah benar-benar kau cukupkan kisahnya.

Cukuplah aku yang menanggung luka, jangan dia, cukup aku.

Kamu dan Aku pasti bisa melalui semua meski tak bersama, tidak apa-apa, cukup aku.

he’s Not deserve for you

seberapapun aku, kamu, mereka, dan siapapun itu berkata bahwa kita adalah yang serasi nyatanya kita tidak.
tidak berada pada ritme yang sama, kita seperti degup jantung yang sama-sama debar, tapi tak pernah meyentuh garis temu yang sama.

seberapapun kamu marah dan berusaha mengajarkan aku arti kehilangan, nyatanya aku tetap sok tegar dalam hal kesendirian dan kesepian.
ketahuilah, pura-pura kuat itu melelahkan dan butuh energi besar.

seberapapun kamu menggali kuburmu sendiri dengan maksud yang entah apa dengan cara pergi melangkah bersama seseorang yang lain, nyatanya kamu mulai jatuh cinta dan lupa bahwa aku sudah kau tinggalkan dengan begitu cepat dan jahat.
aku tidak pernah baik-baik saja saat kamu tinggalkan.

seberapapun kamu berusaha menjaga perasaanku dengan tetap menghubungi, kau bisa datang seenaknya dan tetap mesra dengannya, tapi aku tidak pernah punya hak untuk memulai yang biasa kumulai dahulu, nyatanya aku hanya bagian dari masa lalu, aku bukan siapa-siapa.

seberapapun kamu berusaha mengakhiri kuburmu, nyatanya kamu tetap sulit untuk benar-benar pergi darinya, sedangku yang sudah kau gali lagi harapannya hanya bisa diam sambil sesekali mengeluarkan air mata, menonton peran yang sedang kau mainkan.

seberapapun aku sayangnya, ternyata sayangku dan mungkin juga sayangmu tak bisa melanjutkan cerita.

seberapapun aku berusaha, kamu tak bisa kembali dalam pelukan.

seberapapun aku berdoa, Tuhan enggan mengirimmu lagi masuk dalam cerita.

perempuan itu butuh keberanian laki-laki, lalu kepastian.
kamu belum berani, and you not deserve for me.

Air Mata Belum Selesai Juga Untuk 1 Kisah Yang Sama

It’s not just about someone left the room, And the heart getting empty, And not about broken too, Now is… you are going to another place then i see you with smile and tears in my cheeks.

Tidak aku, tidak kamu, tidak juga kita sama-sama tahu bahwa berhari-hari lalu, kemarin, hari ini, bahkan esok mungkin kau tak lagi bisa kupeluk tubuhnya.

Hari itu mengubah segalanya seakan tak pernah ada ratusan hari lainnya yang pernah kita lewati bersama. Kita sama-sama melempar bom waktu seperti apa yang tak habis dimakan keras kepala kita sendiri, lalu yang tersisa kemudian adalah hanya aku bersama lukaku, begitu pula kamu.

Baru kuyakini pasti bahwa diam memang bukan emas. Berhari-hari tanpa komunikasi sambil sibuk mengobati luka masing-masing. Aku ingin bertemu. Alih-alih saling menyembuhkan, pertemuan itu ternyata luka dalam bab baru, bukan aku lagi ternyata sebagai tujuanmu.

Tidak banyak yang bisa dilakukan selain usaha-usaha kecil untuk berusaha mempersatukan. Belum genap usaha terlaksana, bab baru soal luka harus kumakan suka tidak suka. Ada nama lain dan aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

Kisah ini belum selesai, meski air mata terus terurai.

BERHENTI

Ada beberapa hal yang belum pernah dilakukan semenjak berkekasih. Salah satunya adalah berhenti. Bukan, bukan berhenti mencintai. Tapi sayang, aku ingin berhenti jadi yang selalu menunggu, berhenti jadi yang selalu memaafkan, berhenti sabar diabaikan terus-menerus, berhenti bertahan, berhenti berharap.

Sayang, berhenti pula lah untuk selalu bersikap semaumu. Lihat aku, sudah dua malam ku tahan tangisku tuk tetap bersabar dengan tingkahmu.

Jika memang ada yang tidak akan berhenti melakukan semua itu, hapuskan lah aku dari hidupmu.

TIGA Nama

1 adalah dirimu yang tanggalnya ada dalam barisan nomor pin kartu tempat menyimpan uang. Selamat Ulang Tahun, debar yang masih terasa saat sebuah gambar dalam lini masa social media yang aku tahu pasti itu dirimu dengan kemejamu. Di bahumu kawan, perempuan bersandar dengan mesra dan bahagia. Semoga bahagia selalu menyertai kalian.

2 adalah dirimu yang pernah cemas karena tidak ingin mengecewakanku. Terima kasih atas satu malam yang luar biasa di restoran Italia itu. Kemarin ku lihat dirimu, entah mungkin ada sesal menyapa pernah melewatkanmu.

3 adalah dirimu yang selalu ada dalam hatiku, yang sedang kurindukan. Sayangku, kemarilah… rengkuh lah diri ini agar hanya memikirkan dan memilikimu dalam hatiku.

Tentang Cinta Yang Menunggu

Putri telah berjalan ke arah mana saja, menuju siapa saja. Dirinya sebening air dan sehambar air putih, tak ada rasa. Hingga suatu hari Putra hadir tanpa ada yang mengundang.
Putra dianggap hadir meski tak pernah benar-benar datang. Putri kini telah merasa bahwa dirinya telah ada rasa, entah apa namanya.
Pada sebuah penantian panjang, Putri memilih menyadari realita bahwa dirinya masih sebening air putih. Tidak pernah ada yang datang, ia masih bening.

Air itu tetap bening.

Air itu terkoyak, gelasnya seperti ada yang menabrak. Warna merah itu, siapa dia? Oh ternyata ceceran huruf “Y”, “N”, “W”, “A”.
Deretan huruf yang entah harus dibaca sebagai kata apa, ynwa kah? atau yawn kah? atau wayn kah? atau kata-kata yang lain.
Sentuhnya meninggalkan bekas, air bening itu perlahan berubah menjadi merah jambu. Seperti gambaran hati para manusia-manusia di bumi yang sedang jatuh cinta.
Tidak bertahan lama, air itu kembali bening.

Putri masih berjalan entah ke mana dan entah menuju pada siapa.

Ada hangat yang terasa saat ia berhenti tepat pada laki-laki yang memakai salah satu nama Nabi. Pikirnya, inilah pasti yang akan menjadi pelabuhan terakhirnya.

Putri masih menunggu, sebuah jawaban yang tertunda dari dirimu, Putra.

Hai Putra

Apa kabar? Apa kamu masih ingat kita?
Jikalau ingatanmu lupa itu wajar, toh aku hanyalah intermezzo dalam lagu yang kau ciptakan. Atau…. ternyata sebenarnya aku tak berarti apa-apa. Entahlah.

Aku yang sudah lama kau tinggalkan, masih terus mengingat kau yang seperti memberi harapan. Silahkan tertawa bila itu bisa membuatmu bahagia.

Tapi Putra, terlalu banyak kenangan yang kau tinggalkan. Jemariku masih merasakan lembutnya sebuah genggaman, kakiku masih merekam gerakan kita berjalan beriringan, tubuhku masih hangat karna pelukan, dan kau malah pergi meninggalkan tanpa memberi jawaban atas semua harapan yang ku pertanyakan.

Terima kasih Putra, surat ini untukmu.

(Mungkin)

Its not just about someone left the room and my heart is getting empty, but its broken now.

Begini ternyata rasanya patah hati, (mungkin) tidak disayang lagi seperti dulu.

Entah cinta datangnya dari mana, tapi itu telah tumbuh di antara kita. Mencinta untuk pertama, betapa bahagianya.

Memutuskan untuk memilih berdua bukan lagi sendiri apalagi untuk yang pertama tidaklah mudah bagi perempuan yang katamu penuh ambisi, terlalu kaku pada teori. Sembilan bulan telah berlalu dan kita telah melewati semua dengan suka dan duka.

Terima kasih telah menghapus air mata saat aku menangis soal rindu kepada ibu di ruang kecil itu, di tempat yang teman-temanku namai “kostan ceribel”.

Terima kasih pernah menyeka air mataku saat aku sedang jatuh.

Terima kasih telah mempercayaiku untuk tahu hal yang paling rahasia dari dirimu.

Maafkan bila ternyata diriku tidak lebih baik dari yang pernah mencintaimu sepenuh hati. Maafkan diriku yang membuat dirimu bersusah payah mengaturku hingga menyerah menjadi pilihanmu.

Badai mana yang telah membawa kita menjadi sekarang ini, menyisakan cerita dan menghapus kita.

Thank you for being my first, (maybe) i have to let you go, even i still loving you.

Cerita Ini

Cerita ini bermula dengan tak biasa, sebab yang entah bagaimana, karena cinta bisa jatuh pada siapa saja.

Sore itu jelas basahnya hujan harus dikeringkan olehnya, tiada lagi yang lebih menyedihkan di antara kisah harapan yang tak terwujud. Kemudian sore berganti malam dan masalah pun ikut berganti. Lalu pagi, ternyata kita masih mampu berada di dalamnya. Tapi sore cerita ini mulai hampa. Saatnya malam berakhirnya cerita ini pun dimulai.

Apa yang menyebabkannya mengatakan bahwa seakan cerita ini adalah salah karena pernah dimulai sehingga harus ada perpisahan untuk mengakhiri segalanya adalah masih dengan ketidak tahuan sampai cerita ini akan selesai dituliskan. Perihal tak sama itu bukan soal, karena sama hanya menghadirkan kelapangan bukan pelajaran. Tentang rasa yang dulu pernah sama-sama diyakini itu nyata telah pudar begitu saja seperti tidak pernah tercipta. Hal yang tidak bisa dibeli di antara dua jiwa berubah, nyaman menjadi asing.

Satu hal yang akan diyakini pasti, terbaik itu hanya ilusi. Lidahmu yang akan menjilatnya sendiri.