Seperti Perkataanya, Cukup

Tiga minggu berlalu ternyata kita tak cukup mampu untuk melawan rindu.

Sebentar, sudah tidak ada lagi kita maksudku, yang ada hanya kamu dengan kekasihmu, aku dengan kesendirianku.

Entah rasa apa yang masih terus mengganggumu, dan rasa apa pula yang masih terus hinggap di diriku.

Masih kamu bilang bahwa aku satu-satunya yang bisa membuatmu tertawa lepas tanpa beban di kepalamu.

Masih kamu bilang bahwa rindu untukku sedang hinggap di dirimu.

Masih kamu bisa-bisanya bilang sayang padaku, sementara kekasihmu bagaimana?

Masih kamu mampu menyentuhku dengan bibirmu, sementara kekasihmu menyandarkan tubuhnya di pundakmu.

Masih kamu marah dan pergi untuk kesekian kali, tapi tak pernah mampu untuk benar-benar mengakhiri.

Seperti perkataanmu dulu, aku juga ingin Cukup.

Cukuplah aku yang merasa tetap dicintaimu sementara kakimu mampu berjalan jauh bersamanya.

Cukuplah aku yang harus tetap tersenyum sementara luka baru harus kusambut melihatmu berpelukan dengannya.

Cukuplah aku yang kau minta untuk tetap menunggu tapi kau memilih pergi pada akhirnya.

Cukuplah aku yang sudah kau bilang cukup, tapi tak pernah benar-benar kau cukupkan kisahnya.

Cukuplah aku yang menanggung luka, jangan dia, cukup aku.

Kamu dan Aku pasti bisa melalui semua meski tak bersama, tidak apa-apa, cukup aku.

Leave a comment